Saturday, November 16, 2013

RENYAHNYA TELA TELA



RENYAHNYA TELA TELA
      
Siapa sangka singkong yang di anggap orang makanan pinggiran dapat diolah menjadi makanan yang enak dan inovatif, cemilan ndeso yang nikmat disantap sore sore bersama the hangat itu bias juga loh dikemas menjadi jajanan popular layaknya kentang goreng.  seperti yang dilakukan oleh empat anak muda asal Yogyakarta yang sukses mengembangkan usaha kecil kecilan yang mereka namai Tela Tela. Mereka mengolah Tela atau singkong atau ketela ini dengan cara digoreng dan menyajikannya dalam berbagai macam varian rasa.
Cerita ini dimulai dari empat orang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta, Eko Yulianto, Fath Aulia, Asyhari Tamimi, dan Febri Triyanto. Yang telah menyelesaikan kuliah tertarik untuk membuat suatu usaha secara patungan dengan modal 1,5 juta. Nah itupun juga mereka ngutang dari k
artu kredit.  Dimulai pada September 2005, empat sekawan ini mendirikan Tela Tela yakni cemilan singkong yang di modifikasi ala French fries. Kalau di KFC dengan kentang yang di goreng namun mereka mencoba membuat gorengan ala kentang KFC dengan bahan dasar singkong. Singkong yang diiris iris seperti French fries ini kemudian di goreng dan di taburi dengan berbagai bumbu perasa mulai dari keju, pedas, manis, jagung, dan lainnya.
Empat mahasiswa ini berniat untuk berjualan setiap minggu pagi di kawasan Bunderan, Universitas Gadjah Mada. Sayangnya rencana itu gagal lantaran mereka keburu diusir aparat keamanan. Tak putus harapan, mereka pindah lokasi ke pinggir jalan dekat kontrakan rumah mereka. Kebetulan, tempat itu memang berada di sekitar kampus UPN, Babarsari.
Sebulan pertama dagangan mereka masih sepi tapi lama kelamaan Tela Tela mampu memikat hati mahasiswa. Maklum, jajanan baru ini murah meriah. Sudah begitu singkongnya terasa empuk, dengan kuliat luar yang crispy bertabur bumbu. Rezeki Tela Tela semakin bersinar ketika ikut acara pameran makanan tradisional di sebuah kampus. “hari itu kami menghabiskan 450 kilogram singkong. Pembeli sampai mengantre panjang hanya buat beli singkong goreng” kata Febri, salah satu pemilik sekaligus Manajer Pemasaran Tela Tela Indonesia.
Tidak butuh waktu lama, makanan ini pun terkenal ke seluruh pelosok Yogya berkat promosi dari mulut ke mulut. Bahkan satu tahun setelah pendiriannya banyak yang berminat untuk menjadi mitra Tela Tela. Mulai lah empat sekawan ini lebih serius dalam menyusun SOP perjanjian kerja sama untuk system kemitraan. Sejak saat itu Tela Tela melebarkan sayap menjadi perusahaan waraaba, dan hanya dalam waktu satu tahun 100 outlet Tela Tela telah berdiri. Dus, gerai demi gerai pun bertambah.
Kini Tela Tela telah menjadi perusahaan waralaba dengan sekitar 700 gerai yang tersebar dari barat sampai timur Indonesia. “tapi baru pada September 2006, kami punya system waralaba yang jelas,” kata Fath Aulia salah satu pemilik sekaligus Direktur Utama Tela Tela Indonesia.
Kala itu, Tela Tela sudah memiliki 21 outlet. Dalam waktu setahun, 700 gerobak merah kuning berlabel Tela Tela sudah tersebar dari Aceh hingga Sorong. Dari jumlah itu, 100 memadati Jogja. Dan saat ini jumlah gerai di seluruh Indonesia telah mencapai 1650 outlet. Bahkan di kota asalnya itu, marak pula gerobak lain yang menjajakan penganan serupa. “Merk Tela Tela yang asli tidak memiliki embel – embel angka maupun kata di belakangnya,” kata Febri.
Dari sumber yang didapatkan omset usaha Tela Tela yang di motori empat anak muda ini telah mencapai 3 Milyar perbulan.

Sumber:  camilanndeso.blogspot.com/2009/10/renyahnya-tela-tela.html




JURNAL
a)      Latar Belakang
Pada kegiatan perkuliahan semester ini , saya mengikuti kegiatan pembelajaran mata kuliah softskill kewirausahaan. Pada kesempatan ini saya mendapakan tugas untuk menganalisa suatu usaha kecil yang dapat berkembang menjadi sebuah usaha yang sukses dan cukup dapat di perhitungkan . setelah tugas ini selesai di analisa maka mahasiswa di wajibkan membuat suatu pendapat atau jurnal dari hasil analisa usaha kecil tersebut.
Sekarang ini lapangan pekerjaan di Indonesia semakin menurun apalagi ditambah makin bertambahnya usia produktif setiap tahunnya mengakibatkan dampak pengangguran yang besar di Indonesia sehingga tidak banyak yang mulai beralih menjadi seorang Wirausahawan.
Dimulai dari mengatur diri sendiri agar dapat menjadi manusia yang disiplin dan memiliki kreatifitas yang dapat diunggulkan. Dimana nantinya dapat mengatur keseluruhan aktifitas dalam organisasi atau perusahaan tersebut.
b)      Isi Materi
Seperti usaha Tela Tela iIndonesia, usaha ini di bangun oleh empat anak muda lulusan Universitas Gadjah Mada yaitu Eko Yulianto, Fath Aulia Muhammad, Asyhari Tamimi, dan Febri Triyanto yang tertarik ingin membuat suatu usaha kecil kecilan dengan memanfaatkan panganan tradisional Indonesia yaitu singkong yang diolah menjadi makanan yang modern. Mereka patungan uang 1,5 juta untuk modal awal itupun dengan system mengutang dari kartu kredit.
Usaha ini awalnya hanya di tawarkan dikampus sesama para mahasiswa, niatnya mereka ingin berjualan setiap minggu pagi di kawasan Bunderan, Universitas Gadjah Mada (UGM), tetapi niat itu gagal karena mereka keburu diusir aparat keamanan. Tidak putus harapan, mereka berpindah lokasi ke pinggir jalan dekat kontrakan rumah mereka. Kebetulan tempat itu dekat  dengan kampus UPN.
Sebulan pertama usaha mereka sepi peminat, tapi lama kelamaan Tela Tela mampu memikat hati para mahasiswa karena jajanan ini murah meriah cocok dengan kantung para mahasiswa. Jajanan ini laku juga karena singkongnya yang terasa empuk, dengan kulit luar yang crispy bertabur bumbu. Tela Tela semakin dikenal ketika mengikuti acara pameran tradisional di acara suatu kampus, dan dari situlah Tela Tela pun terkenal di seluruh pelosok Yogyakarta berkat promosi dari mulut ke mulut.
Bahkan dalam 1 tahun setelah berdiri banyak yang berminat untuk menjadi mitra Tela Tela. Mulailah mereka lebih serius dalam menyusun SOP perjanjian kerja sama untuk system kemitraan.
Pada September 2006 mereka mempunyai system waralaba yang jelas, kala itu Tela Tela sudah memiliki 21 outlet dan dalan waktu setahun 700 gerobak merah kuning berlabel Tela Tela sudah tersebar dari Aceh hingga Sorong. Dari jumlah itu, 100 memadati Jogja dan saat ini jumlah gerai di seluruh Indonesia telah mencapai 1650 outlet. Omset yang mereka dapatkan perbulannya sekitar 3 Milyar dalam satu bulan.
Nama Usaha : Tela Tela Indonesia
Pemilik Usaha : Eko Yulianto, Fath Aulia Muhammad, dan Febri Triyanto
Alamat Usaha : Tambakbayan TB 3 No 12 Depok Sleman Yogyakarta
c)       Kesimpulan
Dilihat dari ide mereka untuk menjual makanan ringan berbahan dasar singkong yang kita tahu juga makanan tradisional sehingga dapat menjadi suatu panganan modern yang dapat dinikmati oleh semua kalangan merupakan ide yang bagus dan inovatif. Mereka dapat memanfaatkan bahan yang memang dapat dengan mudah di temukan di kota Jogja sehingga tidak akan sulit dalam mendapatkan bahan dasar untuk membuat Tela Tela.
Dalam usaha ini keempat anak muda tersebut dapat memanfaatkan peluang usaha yang mereka dirikan ditahun 2006, yang kita tahu banyak kalangan yang menyukai French fries namun mereka dapat membuat inovasi dengan mengganti bahan dasarnya menjadi singkong yang memang lebih murah dan mudah didapatkan di daerah mereka. Mereka juga dapat mengangkat singkong menjadi makanan yang modern dan dapat disukai oleh semua kalangan. Makanan ringan ini dapat dinikmati oleh semua kalangan baik anak anak sampai usia lanjut dan harga yang ditawarkan tergolong terjangkau untuk semua kalangan, sehingga peminat makanan ini banyak. serta keuntungan yang di dapatkan dari menjual makanan ini sangat besar bisa sekitar 3 milyar dalam satu bulan, itu sangat amat menguntungkan untuk ukuran usaha kecil dan apalagi di dirikan oleh anak muda.